Pengikut

Indahnya Kebersamaan

Kebersamaan akan lebih bermakna setelah kita merasa kehilangan. Dan kehilangan akan lebih bermakna ketika kita saling merindukan - https://suzawa.blogspot.co.id/.

AesaWord v.01

Merupakan media pembelajaran dalam bentuk games tebak kata untuk memotivasi siswa belajar - https://suzawa.blogspot.co.id.

Kegiatan Outing

Merupakan sarana efektif dalam pembelajaran yang melibatkan siswa untuk melakukan sesuatu pembelajaran dengan real - https://suzawa.blogspot.co.id.

Kegiatan Perjusa

Berbagai macam keterampilan dan melati kemandirian siswa dalam acara perjusa - https://suzawa.blogspot.co.id.

Kegiatan Manasik

Program kesiswaan yang memberi pengalaman kepada siswa dalam praktek manasik haji - https://suzawa.blogspot.co.id.

Ibnu Hajar Fair

Kegiatan menampilkan karya siswa dalam setahun - https://suzawa.blogspot.co.id.

AesaQuis V.02

Media pengayaan dan pengenalan IT kepada siswa - https://suzawa.blogspot.co.id.

Rabu, 30 Januari 2019

Gambar anak di usia 4 tahun bisa prediksi kecerdasannya, Ini alasannya





Sebuah penelitian terbaru menemukan, kemampuan anak menggambar dengan baik bisa menjadi indikasi kecerdasan anak di masa depan. Apakah buah hati Anda bisa menggambar dengan baik? Atau selalu mendapat nilai bagus dalam pelajaran menggambar? Sebuah penelitian menyebut, kebiasaan anak menggambar dengan baik menjadi indikasi bahwa mereka memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi.

Para psikolog dari King’s College London menemukan fakta bahwa kemampuan artistik seorang anak, yang bisa dilihat sejak dini, adalah indikator yang baik dari kecerdasan anak di masa depan.

Mereka juga mengatakan, anak yang bisa menggambar manusia dengan akurat, akan memiliki tingkat intelegensi yang tinggi saat dewasa nanti.

Para peneliti melakukan studi terhadap lebih dari 15.000 gambar yang dibuat oleh anak-anak umur 4 tahun. Sepuluh tahun kemudian, mereka menyadari bahwa anak-anak yang memiliki nilai tes lebih tinggi, adalah anak yang menggambar dengan baik.

“Hasil yang kami temukan ialah, adanya kaitan antara kemampuan menggambar di usia 4 tahun, dan kecerdasan anak ketika dia tumbuh besar,” kata Dr. Rosalind Arden, dari Institute of Psychiatry di King’s College London. 

Anak suka menggambar akan tumbuh dengan cerdas “Kemampuan menggambar figur seperti manusia, adalah tanda kemampuan kognitif pada anak. Sama halnya dengan menulis, yang bertransformasi menjadi kemampuan untuk mengumpulkan informasi dan membangun peradaban,” papar Dr. Rosalind.

Dia juga menambahkan, agar orangtua tidak perlu merasa khawatir jika buah hatinya tidak bisa menggambar dengan baik, bukan berarti anak tidak cerdas. Karena kemampuan anak menggambar dengan bagus bukan satu-satunya indikasi kecerdasan.

Penelitian ini hanya menemukan kaitan antara kemampuan menggambar dengan kecerdasan, dan tidak memberi standar indikasi kecerdasan pada anak.
Tips bagi orangtua agar anaknya tumbuh jadi cerdas

Semua orangtua pastinya menginginkan anaknya tumbuh menjadi cerdas. 

1. Bicara dengan anak sesering mungkin 
  
Mengobrol dengan buah hati, bisa membantu proses tumbuh kembang pusat bahasa di dalam otaknya dan mendorong mereka untuk berpikir dan memberi respon. 

2. Membaca buku keras-keras 


Jika anak belum bisa membaca, bacakan buku untuknya sebelum tidur, atau ketika sedang bersantai. Mendengarkan orangtua membaca bisa membuat otak anak mengenali huruf dan kalimat, juga membantu mereka mengenali suara dan pengucapan dari abjad tersebut. 

3. Gunakan matematika dalam percakapan 

Cobalah kenalkan anak dengan angka, berhitung, penjumlahan dan seterusnya. Dengan contoh-contoh sederhana seperti mainan anak. Jangan paksa anak untuk langsung bisa menjawab dengan benar, tapi buatlah kegiatan ini menjadi rutin hingga mereka terbiasa. 
 
4. Biarkan anak menyelesaikan masalahnya sendiri


Kemampuan menyelesaikan masalah sangat penting dimiliki oleh anak. Terutama saat mereka tumbuh dewasa. Cobalah untuk tidak selalu membantu anak menyelesaikan masalah yang mereka hadapi, dan biarkan dia mencari solusinya sendiri. 
 
5. Dorong anak dalam berkesenian


Biarkan anak menggambar, atau menekuni hobi seni yang ia sukai. Dukung mereka mengeksplor kreatifitasnya dan kemampuan berpikir di luar kotak. 

6. Tantang memori anak

Tanya anak beberapa pertanyaan, seperti apa yang mereka makan saat sarapan, atau warna dari pakaian yang mereka miliki. Hal ini akan membantu menguatkan ingatan mereka juga membantu mereka mengingat sesuatu.

***

Semoga bermanfaat.



Sumber : https://id.theasianparent.com

Anak senang menggambar? Ini arti gambar si kecil yang perlu Parents ketahui


Coba perhatikan goresan yang dibuat anak. Gambar tersebut ternyata membawa pesan penting karena goresan yang dibuat oleh anak-anak sebenarnya mengandung arti gambar yang perlu dipahami.

Parents tentu memahami bahwa menggambar sangat bermanfaat untuk mengasah kemampuan seni dan kreativitas anak.

Sekarang, coba perhatikan apa yang mereka gambar? Wajah-wajah gembira, bunga, robot atau coretan abstrak? Mungkin selama ini kita tidak pernah menganggap bahwa goresan yang dibuat oleh anak sebenarnya memiliki banyak arti. Tak sekadar bentuk imajinasi.

Dengan terus membaca artikel ini, Parents bisa mengungkapkan arti gambar anak. Pasalnya, terkadang ada masanya anak ingin mengomunikasikan sesuatu, namun sulit untuk diungkapkan.
Langkah pertama yang perlu kita lakukan tentu saja belajar untuk memahami lebih dulu, dimulai dengan mengetahui tahapan menggambar pada anak-anak.

Tahukah Anda bahwa ada tiga tahapan berbeda dalam menggambar bagi seorang anak?

Saat pertama kali anak belajar menggambar, tentu mereka hanya akan membuat coretan yang tidak beraturan. Gambar ini mungkin memang tidak mewakili apa pun untuk seorang anak.

Tapi seiring berjalannya waktu, bertambahnya usia dan perkembangan kognitifnya kondisi ini bisa berubah. 

1. Usia 2-4 tahun, gambar cakar ayam (acak-acakan) 
Pada tahapan ini, gambar anak sebenarnya tidak ada “realisme” – atau sesuatu pesan yang mungkin ingin diwakili anak. Pada tahapan ini, mereka sebenarnya hanya menandai halaman-halaman kertas.

Tidak disadari oleh orang luar, gambarnya lebih dari sekadar mata; anak-anak membuat dan menanamkan apa yang disebut “realisme kebetulan” ke dalam gambar mereka.

Itu hanya berarti bahwa gambar-gambar itu tidak dimaksudkan untuk memiliki arti pada awalnya; mereka hanya membuat koneksi atau melihat kemiripan setelah atau saat menggambar. 

2. Pra-Skema (4-7 tahun)


Tahapan ini adalah saatnya seorang anak mulai mengaitkan elemen-elemen tertentu dari gambar mereka dengan sesuatu di dunia nyata yang ingin mereka wakili.

Mereka berusaha menciptakan sesuatu yang benar-benar mereka lihat dengan sudut pandang mereka. Misalnya, pemandangan sehari-hari yang sederhana seperti wajah, mobil, figur kegemarannya, tongkat, rumah, matahari, atau gambar pepohonan.

Namun, pada titik ini, tidak ada rincian yang realistis. Detail banyak fitur biasanya kurang, misalnya jari, mata dan bibir realistis.

“Hubungan antara elemen yang berbeda sangat penting ketika menggambar,” hal ini menurut penelitian yang dilakukan oleh Luquet tentang pengembangan gambar anak-anak.

Anak-anak pada tahap perkembangan ini memiliki masalah dalam mengatur, dan mengorientasikan elemen-elemen gambar.

Jadi jika Anda melihat anak menggambar wajah tetapi mereka masih salah menempatkan mulut di atas mata, jangan khawatir. Pada tahap ini, “realisme intelektual” baru muncul. 

3. Skema (7+ tahun) 

Pada tahap ini, anak sudah banyak memberikan fitur rinci dari objek yang digambarnya. Tahapan ini, sering ada kedalaman dan kesadaran spasial, yang dikenal sebagai “realisme visual”, yaitu menggambar secara realistis, mereka pun menunjukkan gambar dari sudut pandang atau perspektif tertentu.

Pada tahapan ini, anak-anak juga sudah mampu menceritakan kisah yang jelas melalui gambar-gambar yang mereka buat.

Anak-anak yang menggambar laut dapat menggabungkan unsur-unsur seperti ikan, kerang, pasir dan gambar yang relevan lainnya untuk mencocokkan ‘gagasan’ mereka tentang apa yang harus dilibatkan oleh laut. Mereka juga dengan cerdik mengganti unsur-unsur seperti bentuk “V” untuk burung.

Memahami gambar anak Anda di setiap tahap perkembangannya dapat menjadi alat yang hebat bagi Anda. Perlahan tapi pasti, seiring bertambahnya usia, Anda akan dapat lebih baik menafsirkan apa arti gambar mereka.
Berikut beberapa gambar umum dan arti gambar yang bisa diketahui: 

1. Sering membuat sosok atau membuat gambar orang 
Ya, membuat gambar orang tentu tidak akan basi. Bukankah orang dewasa saja sering kali menggambar objek ini? Tahukah Anda bahwa mengambar seseorang ternyata bisa mewakili hal tertentu?

Saat anak sering menggambar anggota keluarga, dan dalam gambarnya anak juga ada di samping anggota keluarga yang lain, bisa memperlihatkan perasaannya bahwa anak Anda merasa dekat dengan anggota keluarga.

Jika gambar anak juga memperlihatkan eskpresi wajah berbeda-beda pada gambar anggota keluarga, sebenarnya gambar ini bisa menunjukkan bagaimana anak melihat sosok anggota keluarga. 

2. Gambar dengan detail ekstrim 
Lebih banyak detail yang dimasukkan ke dalam gambar orang-orang di sekitar yang dibuat, bisa berarti bahwa ia melihat individualitas yang lebih jelas.

Misalnya, menggambar saudara laki-laki dengan kacamata atau saudara perempuannya yang mengenakan pakaian menceritakan cara dia memandang mereka dan bagaimana dia membedakannya setiap hari.

Posisi anggota keluarga dalam gambar bisa mewakili rasa kedekatan. Anggota keluarga yang senang akan dikelompokkan bersama. 

3. Jika mereka senang gambar menggali atau mengisi lubang 
  
Tahukah Parents bahwa gambar ini ternyata bisa dikaitkan dengan pengalaman yang membuatnya sedih? Misalnya, terkait dengan pengalamannya kehilangan orang yang dicintai.

Coba perhatikan, apakah anak Parents tertarik sendirian? Kondisi ini sebenarnya bisa menunjukkan bahwa mereka merasa sangat kesepian. Oleh karena itu, tak ada salahnya jika Parents mencari tahu apa yang membuatnya bersedih untuk membantunya mengatasi kesedihan. 

4. Arti gambar: Monster

Monster dikenal sebagai ‘makhluk yang kuat’ ujar seorang psikolog, Dr. Christopher Hastings.

Saat seorang anak menggambar monster sebagai fokus gambar, itu bisa berarti bahwa mereka rindu untuk dilihat sebagai anak kuat – yang menunjukkan masalah kecemasan yang signifikan.

Jika seorang anak diinstruksikan untuk menggambar manusia tetapi menggambar monster, pandangan-diri negatif dapat dipertanyakan. Namun, jika gambar monster hanya untuk bersenang-senang, maka mereka hanya ingin dilihat sebagai anak yang kuat. 

5. Arti gambar: Matahari

Gambar-gambar cerah ini (secara harfiah) ternyata bisa menggambarkan bahwa anak memiliki pandangan yang puas dan positif terhadap berbagai hal. Dan ini bisa lebih jelas diketahui jika gambar tersebut dibuat dengan detail.

Tapi jangan berpuas hati lebih dulu. Saat anak membuat gambar matahari dengan warna yang cerah, bukan berarti tidak ada masalah.

Perlu diketahui, saat anak membuat gambar matahari parsial di sudut atas gambar dapat menunjukkan tanda-tanda kecemasan terkait figur otoritas.

Namun, jika gambar matahari nyaris tidak mengintip melalui langit yang mendung, itu bisa menunjukkan tanda-tanda depresi, dan bahkan mungkin perasaan putus asa dalam situasi mereka. 
 
6. Terlalu sering menggunakan satu warna


Parents sudah memahami bahwa warna bisa menggambarkan suasana hati seseorang. Tapi apakah ini berlaku juga untuk gambar yang dibuat anak-anak?

Penggunaan warna tertentu, bagaimanapun mungkin saja tidak selama akan terkait dengan arti sebenarnya dari warna. Misalnya, saat kita menganggap bahwa warna merah adalah simbol dari rasa kemarahan. Ini sebenarnya bisa saja hanya preferensi pribadi mereka.

Namun, saat anak sering membuat gambar monokromatik, terutama jika dalam nuansa abu-abu, ini bisa menunjukkan kebutaan warna, masalah neurologis atau masalah psikologis lainnya. 

7. Arti gambar: Rumah

Bagaimana jika anak sering membuah gambar rumah? Apa arti gambar yang satu ini?

Jumlah yang berlebihan atau tidak adanya jendela dapat memberikan wawasan pada keterbukaan mereka untuk berkomunikasi dengan orang lain; tetapi “bisa juga anak yang berharap orang lain bisa ‘melihat’ apa yang sedang terjadi di rumah”.

Detail yang lebih normal yang ada di rumah biasa, seperti pintu dan jendela dan jalan setapak mewakili pandangan yang lebih positif tentang rumah tangga atau kondisi keluarga.

Ini hanyalah beberapa tanda umum yang bisa Anda lupakan dalam arti gambar anak-anak.

Arti gambar anak sebenarnya tidak semua mengkhawatirkan. Setidaknya untuk anak-anak yang senang menggambar pelangi, ada kabar baik untuk Parents! Pelangi bisa mewakili semua pesan positif dan pandangan positif dalam hidup!

Dengan itu, jangan pernah berasumsi apa yang anak Anda rasakan berdasarkan gambar mereka. Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah jangan lupakan pentingnya komunikasi dua arah. Selalu tanyakan kepada mereka bagaimana perasaannya?

Penting untuk dipahami bahwa mengetahui arti gambar ini hanyalah pengamatan umum tentang karya seni anak-anak. Jika merasa khawatir tentang perilaku atau kesehatan anak, jangan lupa untuk berkonsultasi dengan tenaga ahli seperti dokter atau psikolog.



Sumber : https://id.theasianparent.com

Anak suka corat-coret tembok? Jangan dimarahi karena ada 5 manfaatnya



Bun, pernahkah memergoki anak sedang asyik mencorat coret dinding rumah? Kesal pasti, tapi jangan salah Bun, aktivitas ini ternyata bagian dari belajar seni sejak dini.

Studi yang dipublikasikan dalam Creativity Research Journal pada 2006 menyebutkan bahwa anak yang sering bersentuhan dengan seni akan cenderung berpikir kritis dan piawai menyelesaikan masalah.

Berikut ini manfaat yang bisa diraih anak dengan belajar seni sejak kecil. 
 
Manfaat belajar seni #1: Meningkatkan kinerja otak


Samanta Ananta, M.Psi., psikolog anak dan keluarga membenarkan manfaat mencengangkan jika anak belajar seni sejak dini.

“Sudah banyak penelitian yang membuktikan, aktivitas seni dapat memperbaiki kinerja otak. Otak merilis hormon endorfin dan dopamin yang membuat anak lebih bahagia,” paparnya dalam acara Media Gathering Kick Off Koko Olimpiade 2019 & Media Art Class by Bartega di bilangan Jakarta Selatan, Selasa (22/1).

Tak perlu aktivitas rumit, menggambar dan mewarnai adalah aktivitas seni menyenangkan yang paling mudah dilakukan di mana saja oleh anak. 
 
Manfaat belajar seni #2: Anak akan lebih bahagia

Seni ternyata juga berefek positif agar anak tumbuh menjadi pribadi yang bahagia.

“Besar efeknya. Saat melukis, seseorang akan melepaskan hormon kortisol yaitu hormon yang berhubungan dengan stres. Ini sama saja dengan kita makan cokelat, membuat hati lebih bahagia,” jelas Samanta. 
 
Manfaat belajar seni #3: Berpikir kritis

Membiarkan anak sibuk demgan kertas dan krayon nyatanya efektif untuk anak berpikir kritis lho, Bun.

“Ketika mewarnai, otak kanan akan lebih bergerak untuk membentuk anak lebih kreatif. Anak akan piawai menyelesaikan masalah saat dewasa,” kata Samanta. 
 
Manfaat belajar seni #4: Lebih ekspresif

Samanta menuturkan bahwa seni akan meningkatkan kemampuan memori anak. Selain itu anak akan tumbuh menjadi sosok yang percaya diri.

“Goresan garis di kertas akan memgaktifkan otak bagian depan. Anak akan mudah mengekspresikan diri dan mampu menunjukkan respon positif. Emosinya juga akan cenderung stabil,” ujar Samanta. 
 
Manfaat belajar seni #5: Menjalin bonding positif dengan orangtua

Tak hanya memajukan kemampuan kognitif saja Bun, seni juga menjadi media efektif untuk anak bisa menjalin bonding positif dengan orangtua.

“Ini menjadi cara bagus untuk komunikasi anak dan orangtua berjalan lancar.
Cara mengenalkan seni pada anak

Ada beragam manfaat jika anak belajar seni sejak kecil. Lalu bagaimana cara orangtua mengenalkan seni? Coba cara ini yuk, Parents. 
 
1. Supply

Bunda bisa mulai mengenalkan seni dengan cara yang menyenangkan, misalnya pergi ke museum. Jika anak sudah berusia lebih besar, bisa mengikutsertakan anak kelas menggambar berisi anak seusianya.



“Yang paling pemting jangan judgement (menghakimi). Terus yakinkan anak agar dia semakin percaya diri,” ungkap Samanta. 
 
2. Preferences

Jika anak sudah mulai tertarik, langkah selanjutnya yang bisa dilakukan yaitu biarkan anak memilih media seni.



“Sesuaikan dengan kapasitas anak. Misalnya untuk anak yang mudah cemas, jangan kenalkan dengan cat air karena malah akan tambah cemas,” tegas Samanta. 
 
3. Exercise

Yang tak kalah penting yaitu latihan. Dorong anak agar terus berlatih, dengan begitu anak akan semakin mencintai seni.



“Jangan sungkan memberi pujian. Misalnya anak menggambar dengan rapi dan tidak ke luar garis, puji pencapaiannya dengan kalimat yang positif,” tutup Samanta.

Nah Bun, jadi jangan lagi ragu mengenalkan seni pada anak karena manfaatnya amat terasa untuk tumbuh kembangnya kelak.


Sumber : https://id.theasianparent.com

Dorong anak berpikir kritis dengan lakukan 3 hal ini


Menguasai kemampuan memecahkan masalah merupakan hal yang kita harapkan ada pada diri anak ketika ia tumbuh besar nantinya. Tahukah Anda bahwa hal tersebut dapat dibangun dengan cara berpikir kritis yang diajarkan sejak dini.

Salah satunya adalah dengan memupuk kreativitas sejak dini karena seni memberikan dampak positif pada kehidupan anak di masa depan.

“Terdapat kaitan erat jika anak melakukan seni kreatif terhadap kesuksesan mereka di masa mendatang. Anak yang aktif membuat karya seni cenderung inovatif kala dewasa,” tutur Samanta Ananta, M.Psi., psikolog anak dan keluarga sast ditemui dalam acara Media Gatherimg Kick Off Koko Olimpiade 2019 di Jakarta Selatan, Selasa (22/1).

Menggambar dan mewarnai menjadi aktivitas seni yang menyenangkan karena hal ini bisa dilakukan di mana saja.

“Kalau anak nggak bisa diam, bisa melatihnya mewarnai objek yang kecil dulu. Hal ini akan membuat anak belajar berpikir out of the box, sehingga akan lebih terlatih untuk problem solving,” sambung Samanta.

Selain seni, beberapa cara ini juga bisa Parents lakukan untuk mendorong anak berpikir kritis.

Cara berpikir kritis #1: Komunikasi

Samanta menuturkan, komunikasi yang terjalin antara anak dan orangtua merupakan kunci utama untuk anak berani berpikir kritis akan sesuatu.

“Latih anak untuk presentasi dan mengkritisi, dalam hal ini orangtua juga terbuka dan bersedia untuk diingatkan jika melakukan kesalahan,” ujar Samanta.

Sebagai contoh, kritik anak ketika orangtua tak sengaja membuang sampah sembarangan. Alangkah lebih baik orangtua terbuka untuk menerima kritik yang ditujukan oleh anak.

“Dengan begini, anak akan berpikir mana hal yang benar dan juga mampu memikirkan semua hal dengan logis dan rasional,” ujarnya.

Selain itu, anak perlahan akan menyadari pentingnya berpikir kritis dan manfaatnya untuk kehidupan sehari-hari.

Cara berpikir kritis #2: Konsumsi makanan sehat dan bergizi

Jika Parents masih sering melewatkan sarapan, sebaiknya mulai mengubah kebiasaan tersebut. Telah banyak penelitian yang menjelaskan bahwa orang yang rutin sarapan cenderung memiliki tingkat kecemasan lebih sedikit.

Saat anak mengonsumsi sarapan dengan gizi seimbamg, maka akan melancarkan pasokan oksigen dan tubuh lebih banyak memproduksi hormon positif.

“Dengan sarapan bergizi dikombinasikan dengan kreativitas akan membuat anak tumbuh bahagia. Anak akan lebih piawai memecahkan masalah yang menimpanya setiap hari,” tutur Samanta.

Cara berpikir kritis #3: Manfaatkan teknologi

Melalui ponsel pintar, semua nampak mudah untuk dilakukan ya Parents. Hal ini termasuk mencari informasi juga membuktikan kebenarannya.

“Anak sudah pintar ya mengakses internet, di sinilah peran penting orangtua unuk menyaring. Jelaskan kepada anak apakah suatu informasi itu benar adanya. Komunikasi dan poa asuh terbuka itu penting agar anak mampu berpikir kritis. Kalau dari kecil anak selalu disuruh diam, ya susah”, pungkas Samanta.

Nah, apakah Parents sudah mempraktikkan cara berpikir kritis pada anak? 
 
 
 
Sumber : https://id.theasianparent.com

Selasa, 29 Januari 2019

Tips bagi para ayah yang mengalami stres atau depresi




1. Luangkan waktu bersama keluarga

Seorang ayah bisa mengalami stres ketika dia merasakan beban tanggung jawab yang menekan. Juga harus selalu terlihat kuat di depan istri dan anaknya. Mereka sering lupa, ayah juga membutuhkan dukungan keluarga sama seperti keluarga membutuhkannya.

Bagi para ayah yang merasakan stres, cobalah meluangkan waktu untuk dihabiskan bersama keluarga. Ayah akan menyadari bahwa istri dan anak mencintai Anda tanpa syarat, tanpa tuntutan apapun. Anda akan meras dicintai dan dihargai.

Masalah pekerjaan pastinya akan terlupakan, melihat cinta yang polos tanpa pamrih dari keluarga Anda.

2. Bicara dengan istri dan anak

Bicara dengan keluarga tentang hal sekecil apapun bisa meningkatkan ikatan emosional antara suami dan istri, juga ayah dengan anak. Karena itu luangkanlah waktu untuk mengobrol dengan anak dan pasangan Anda. Di waktu pagi saat sarapan, atau malam sebelum tidur. Juga ketika berkumpul sekeluarga di akhir pekan.

Hal kecil ini bisa mengurangi tingkat stres. Anda pun bisa melihat masalah yang dihadapi dengan kepala yang lebih jernih, sehingga bisa memikirkan solusi tepat untuk masalah tersebut.


Menghabiskan waktu bersama keluarga bisa mengurangi stres ayah.

3. Olahraga dan konsumsi makanan sehat

Tubuh yang sehat bisa membantu Ayah menghadapi stres lebih baik. Olahraga selain mengeluarkan keringat, juga berfungsi menurunkan tingkat stres. Mulailah berolahraga sekarang juga.

Jangan lupa perbanyak konsumsi buah dan sayuran, kandungan vitamin dan mineralnya bisa menurunkan level stres Anda.

4. Manjakan diri sendiri

Bila Ayah merasa kewalahan dengan semua tanggung jawab dan masalah yang dihadapi, cobalah untuk memanjakan diri. Menghabiskan waktu sendirian untuk memancing, atau melakukan hal lain yang Anda suka.

Jelaskan pada istri bahwa Anda butuh waktu untuk sendiri, agar bisa tenang kembali. Istri juga harus memahami, suami butuh menyegarkan pikiran dengan melakukan hal yang tidak melibatkan keluarga.

5. Belajar bilang tidak

Bila Anda terlalu lelah, katakan tidak pada tugas tambahan yang diberikan atasan Anda. Ayah harus paham, bahwa tidak semua pekerjaan bisa Anda lakukan dalam satu waktu. Kenali batasan diri, dan berani bilang tidak saat Anda sudah memiliki banyak tugas untuk dikerjakan.

6. Jangan ragu untuk mencari bantuan


Jika Ayah merasa stres yang dirasakan mulai menimbulkan masalah dalam kehidupan rumah tangga, cobalah cari bantuan. Entah apakah psikolog atau teman yang Anda percaya. Daripada mengabaikan stres yang ada, dan justru membuat masalah semakin besar.

****

Siapapun bisa merasakan stres, baik laki-laki maupun perempuan. Jangan ragu untuk mencari pertolongan, agar stres tidak berubah menjadi depresi dan malah tidak bisa disembuhkan.

Semoga bermanfaat.




10 Penyakit bayi baru lahir yang harus orangtua ketahui


Setiap orangtua tentu ingin punya bayi sehat dan terhindar dari penyakit apapun. Walau demikian, ada saja penyakit bayi baru lahir yang bisa dialami si kecil di hari-hari pertama setelah dilahirkan.

Munculnya penyakit pada bayi baru lahir ini, diakibatkan oleh kondisi imun bayi yang memang belum stabil. Selain itu, bayi juga masih menyesuaikan diri dengan kehidupan di luar rahim.

Parents harus mengetahui apa saja yang termasuk dalam penyakit bayi baru lahir. Tujuannya agar Anda tidak panik saat mengetahui buah hati mengalami kondisi tersebut.

Selain itu, dengan mengetahui beragam jenis penyakit bayi baru lahir, Parents dapat mendeteksi gejala-gejala jika bayi mulai merasakan suatu penyakit. Hal ini tentu sangat bermanfaat karena bayi belum bisa bicara dan mengatakan jika tubuhnya terasa tidak enak atau nyaman.

Dilansir dari situs Parenting Firstcry, inilah daftar penyakit bayi baru lahir yang harus orangtua ketahui. Penyakit ini biasa ditemukan di tahun pertama kehidupan mereka.

10 Penyakit bayi baru lahir yang harus orangtua ketahui 
 
1. Penyakit kuning (jaundice)


Kuning pada bayi disebabkan oleh kelebihan bilirubin yang membuat kulit bayi tampak kuning. Sebagian besar bayi baru lahir mengalami penyakit kuning karena kadar bilirubin pada bayi yang lebih tinggi daripada orang dewasa.

Penyakit kuning yang dialami bayi baru lahir akan terjadi pada hari ke-3 setelah dilahirkan. Kemudian, pada hari ke-10, penyakit itu akan hilang dengan sendirinya.

Sedangkan untuk bayi prematur, penyakit kuning dapat berlangsung sekitar dua minggu. Untuk meredakan kuning pada bayi, caranya yaitu hanya dengan menjemur bayi di bawah sinar matahari pagi selama 30 menit.

Artikel terkait: Saat bayi kuning, perlukah Bunda khawatir? Ini penjelasannya
 
2. Kolik

Tanda bayi mengalami kolik ialah ketika bayi menangis secara terus menerus tanpa alasan yang jelas. Biasanya hal itu karena bayi merasa tidak nyaman, tapi ia tidak bisa mengungkapkannya.

Kolik harus hilang pada saat bayi berumur 3 bulan. Apabila kolik terus berlanjut setelah usia bayi 3 bulan, maka harus dilakukan diagnosis apa yang menjadi penyebab kolik.

Artikel terkait: Kolik pada bayi; Penyebab, cara mengatasi serta pencegahannya
 
3. Distensi perut

Kondisi ini ditandai dengan bayi baru lahir memiliki perut yang menonjol dan lunak. Ketika perut bayi terasa keras dan bengkak saat disentuh, maka gas atau konstipasi bisa menjadi penyebabnya. 
 
4. Kulit berwarna biru dan apnea

Bayi baru lahir memang memiliki tangan dan kaki yang kebiruan, tapi ini akan memudar seiring dengan meningkatnya sirkulasi darah. Sedangkan apabila warna kebiruan itu tidak memudar, orangtua harus membawa bayi periksa ke dokter.

Kondisi itu khawatir akan membuat bayi alami apnea, yaitu penghentian pernapasan selama 15 hingga 20 detik. Bayi yang mengalami apnea biasanya karena ada masalah jantung yang membutuhkan tindakan medis. 
 
5. Gumoh

Penyakit bayi baru lahir yang umum terjadi adalah gumoh, biasanya terjadi ketika bayi selesai menyusu. Untuk mencegah gumoh, ibu disarankan untuk membuat bayi bersendawa dengan cara posisikan bayi berdiri yang disandarkan pada bahu ibu. 6. Batuk

Bayi biasanya batuk ketika sedang menyusui karena ASI yang mengalir terlalu cepat. Batuk dan tersedak terus menerus ketika bayi menyusu dapat mengindikasikan adanya masalah dengan paru-paru atau sistem pencernaan. 
 
7. Gangguan pernapasan

Kondisi ini terjadi ketika bayi tidak cukup mendapatkan oksigen karena adanya penyumbatan di saluran hidung. Dibutuhkan beberapa jam bagi bayi baru lahir untuk bisa belajar bernapas secara normal. 
 
8. Anemia

Penyakit anemia yaitu karena kekurangan hemoglobin, yang mana menunjukkan tingkat oksigen dalam darah rendah dan darah kental. Bayi yang terlahir dari ibu mengidap anemia akan berisiko alami anemia juga.

Anemia harus segera diobati. Jika tidak, risikonya akan fatal.
 
9. Demam

Demam adalah indikasi bahwa tubuh sedang melawan infeksi, tapi waspada juga apabila bayi mengalami demam tinggi. Bayi yang mengalami demam tinggi berisiko mengalami kejang dan berpotensi merusak otaknya. 
 
10. Masalah kulit

Masalah-masalah kulit seperti ruam popok dan kerak kepala adalah yang sering terjadi pada bayi baru lahir. Cara mengatasi masalah ini yaitu dengan sering mengganti popok dan menggunakan krim popok yang bayi.

Sedangkan untuk mengatasi kerak kepala, caranya yaitu dengan rajin mencuci kepala bayi. Gunakan sampo ringan dan aman bagi bayi setiap hari.

****
Semoga bermanfaat ya, Parents. 
 
 
 
 Sumber : https://id.theasianparent.com

Anak suka berteriak? Ternyata ini 5 penyebabnya



Selalu ada penyebab kenapa anak selalu berteriak. Misalnya saja saat mereka ingin mengenali dan mengeksplorasi suaranya..

“Duh, kenapa anak selalu berteriak ya?”. Nampaknya sebagian besar Parents pernah menanyakan hal ini karena pernah mengalaminya sendiri. Bahkan ada pula anak yang sering berteriak di depan umum.

Jangan stres dulu, ya! Karena pasti ada penyebabnya kenapa anak selalu berteriak. Setelah mengetahui penyebabnya, Parents pasti akan mudah menenangkan dan mengajarkan anak cara mengatasi amarahnya.

Perlu diketahui, perilaku ini juga termasuk tantrum, dan umumnya terjadi saat anak merasa tidak nyaman, lapar ataupun lelah. Mereka dapat mengalaminya saat bermain, atau ingin meminta sesuatu pada orangtuanya.

Meskipun tantrum merupakan hal yang biasa terjadi pada anak-anak, Parents perlu mengajarkan anak untuk mengatasi rasa frustasinya seiring berjalannya waktu.

Tak perlu heran bila ini sering kali terjadi. Tantrum dapat terjadi karena keterbatasan berbahasa anak yang baru mulai berkembang.

Karena umumnya balita belum dapat mengatakan apa yang mereka inginkan, rasakan, atau butuhkan, pengalaman yang membuat frustasi ini dapat menyebabkan kemarahan. Yang perlu Parents pahami adalah balita sebenarnya menginginkan kemandirian dan kontrol terhadap lingkungan mereka – lebih dari yang bisa mereka tangani.

Nah, berikut ini 5 penyebab umum kenapa anak selalu berteriak.

Kenapa anak selalu berteriak #1: Mencari Perhatian

Terkadang anak mungkin menginginkan perhatian penuh dari Ayah dan Bunda. Satu-satunya cara mereka agar diperhatikan adalah dengan berteriak, melempar barang-barang, dan menangis. Mereka akan melakukan apa saja untuk mendapatkan perhatian.

Kenapa anak selalu berteriak #2: Ingin mendengar suaranya sendiri

Balita Anda mungkin hanya bersenang-senang dengan suaranya sendiri. Apalagi di usia ini mereka juga masih mengeksplorasi berbagai hal, termasuk bentuk fisik dan suaranya.

Dia mungkin mencoba-coba membuat suara dengan berteriak dan menjerit untuk memahami suaranya sendiri dan bagaimana memodulasinya.

Kenapa anak selalu berteriak #3: Cara berkomunikasi

Balita masih bisa dibilang bayi sehingga sulit untuk mengomunikasikan apa yang mereka inginkan melalui berbicara. Mereka mungkin terpaksa berteriak dan menjerit dengan gerakan untuk memberi tahu orangtua mereka apa yang mereka inginkan.

Lagipula, kita semua tahu betapa frustrasinya ketika seseorang tidak mengerti apa yang Anda katakan, bukan?

Kenapa anak selalu berteriak #4: Penuh energi

Balita Anda mungkin penuh energi sehingga ia mungkin membutuhkan hal lain untuk melampiaskannya. Berteriak, menjerit, dan mengamuk mungkin menjadi jalan keluar yang sempurna untuknya!

Kenapa anak selalu berteriak #5: Marah

Sesuatu mungkin telah terjadi atau mungkin terjadi sehingga ia tidak senang. Bahkan, dia marah. Misalnya saja saat Parents memintanya untuk berhenti bermain atau memintanya untuk segera tidur.

Bagaimanapun, dia akan berteriak untuk menunjukkan betapa marahnya dia.

Kini Parents lebih paham kan bagaimana menghadapi anak yang suka menjerit? Semoga fase ini segera berlalu ya.



Sumber : https://id.theasianparent.com

Ternyata hal ini yang membuat anak takut potong rambut di salon!



Anak takut potong rambut mungkin karena tidak nyaman dengan suara bising maupun aroma berbeda di salon atau barbershop.

Parents, pernah mengalami anak takut potong rambut? Mungkin sebagian Parents akan menjawab “Ya…” terlebih pada anak balita. Sebenarnya, banyak hal yang dapat membuat anak takut potong rambut, apalagi bila Parents belum cukup mengenalkan kepadanya apa itu potong rambut, mengapa harus melakukan hal itu, dan apa saja yang terjadi di salon atau babershop.

Kenapa anak takut potong rambut?

Umumnya anak akan cenderung takut bila berhadapan dengan sesuatu yang asing. Misalnya asing dengan keadaan di salon atau barbershop yang berisik, alat-alat yang digunakan terlihat menyeramkan, atau bahkan anak takut dengan si pencukur rambut.

Banyak hal lain yang dapat memicu kecemasan dan penolakan pada sebagian anak, bahkan sampai membuat anak tantrum dan kesal.

Apa yang terjadi? Mengapa tidak berhasil hanya dengan mengatakan, “Kamu baik-baik saja kok. Ini ngga sakit!”. Meskipun benar-benar dapat dipahami, respon ini hanya menambah frustrasi anak dan juga Anda.

Di satu sisi, Anda tahu anak Anda membutuhkan pengertian dan kasih sayang. Di sisi lain, seluruh prosesnya bisa melelahkan Anda berdua. Mari kita mulai dengan melihat situasi ini dari perspektif anak.

Pertama, berikan kata-kata pada anak Anda untuk mengidentifikasi perasaan mereka, dan biarkan mereka tahu Anda ingin membantu. Biasanya, anak akan merasa semakin takut dan berpikir sang pencukur rambut akan menyakitinya bila ia hanya duduk diam.

Tapi pernahkah Parents mengatakan padanya, “Kalau adik tidak duduk diam, mungkin Om ini bisa menyakiti kamu,” lalu anak akan berpikir “Aku harus duduk diam agar aku tidak terluka”.

Sebenarnya pengetahuan ini perlu Parents beritahukan sebelum mengajaknya ke salon atau barbershop. Memberitahu apa yang akan dilakukan pencukur rambut padanya mungkin akan lebih membuatnya tenang.

Selain itu, Parents perlu memberitahukan, akan ada bau yang tidak seperti di rumah, ada suara yang belum pernah mereka dengar. Tipnya, jika Anda sudah mengetahui apa yang membuatnya takut, ajukan solusi untuk mengurangi rasa sakit atau ketidaknyamanan.

Misalnya, “Mama tahu adeik takut suara gunting, apa adik mau pakai headphone atau penyumbat telinga untuk membantu meredam suara?”

Ini bisa menjadi kesempatan bagus untuk membimbing mereka mengenali kepekaannya dan mengurangi frustrasinya. Dan siapa yang tahu? Mungkin anak Anda bahkan datang untuk menikmati perawatan lainnya di salon!

Berikut ini 3 cara mengatasi anak takut potong rambut

Mengatasi anak takut potong rambut #1: Salon touring

Cobalah kunjungi salon terlebih dahulu hanya untuk membiasakan diri dengan suara dan aroma, sebelum Anda benar-benar ingin memangkas rambut anak.

Selain itu juga untuk mengenalkan apa saja yang dilakukan seseorang di salon atau barbershop.

Mengatasi anak takut potong rambut #2: Ajak anak bermain peran sebagai pencukur rambut

Kegiatan ini pasti akan seru dan menyenangkan untuk mereka. Dan biarkan mereka menggunakan sisir rambut atau sisir favorit mereka untuk menata rambut boneka atau Parents (sebagai pelanggannya).

Mereka bahkan bisa menggunakan gunting mainan untuk berpura-pura memotong rambut bonekanya.

Mengatasi anak takut potong rambut #3: Buat cerita tentang aktivitas di salon

Jika Anda telah mencoba semua ide dan anak Anda masih takut potong rambut, mintalah seseorang mengambil foto dari setiap tahap kegiatan (mengenakan jubah, duduk di dekat wastafel, rambut basah, rambut diberi shampo, bilas, sisir rambut, jepit sebagian rambut, dll).

Foto ini dapat digunakan sebagai bahan cerita untuk memberi tahu mereka apa yang akan terjadi selanjutnya dan lebih meyakinkan mereka bahwa aktivitas ini memiliki akhir yang menyenangkan.

Selamat mencoba cara-cara di atas, ya Parents! Semoga berhasil.





Sumber : https://id.theasianparent.com